Perempuan

Jumlah perempuan di dunia ini banyaaak sekali. Dan saya yakin, setiap perempuan punya definisi tersendiri mengenai apa yang disebut 'perempuan'. Walaupun mungkin diantara sekian banyak definisi akan ada kemiripan satu sama lain, pasti juga banyak definisi yang mungkin berbeda atau malah bertentangan satu sama lain. Saya jadi ingat, dulu saya tinggal di sebuah kosan yang isinya hampir semua perempuan. Setidaknya selalu ada 20 penghuni perempuan di kosan itu. Memang hanya 20, tapi dari situ saja sudah bisa terlihat bahwa setiap perempuan unik, dan masing-masing punya definisi tersendiri tentang perempuan. Salah satu teman kos saya, suka mencak-mencak ke saya, bahwa saya kurang cewek banget. Sering malas pakai lotion, ngomong suka ceplas-ceplos, gak ada manis-manisnya. Seroang teman kos saya yang lain, bagi dia juga kurang cewek (bukan ngak cewek loh), mungkin karena gayanya suka judes dan dandanannya mungkin terlihat feminim. Bagi saya, teman saya yang terlihat judes ini, malah yang paling perempuan di antara semua teman kos saya. Bahkan lebih terasa keperempuanannya dibandingkan teman saya yang berpendapat 180 derajat dengan saya. Saya memperhatikan buku-buka bacaan teman saya yang dianggap kurang cewe ini, kebanyakan berhubungan dengan rasa (benar-benar bikin geleng-geleng kalau melihat koleksi bukunya). Bagi saya, koleksi bukunya ini menggambarkan keperempuannya. Ia punya sisi lembut dalam hatinya. Meskipun kalau ngomong langsung dengan teman saya ini, orang-orang cenderung menganggapnya judes, saya tahu perasaanya yang sangat halus, meskipun tidak selalu diungkapkan. Saya tak bermaksud mengatakan definsi saya tentang perempuan lebih baik dari teman kos saya (yang suka mencak-mencak karena saya malas pakai lotion), tapi saya ingin menunjukkan bahwa, bahkan diantara sesama perempuan, definisi ini bisa bertentangan. Tapi kami sama-sama tetap merasa sebagai perempuan.
:)

Di lingkungan yang lain, saya malah hidup dengan sekian banyak laki-laki. Di jurusan saya dulu, teknik mesin. Bayangkan diantara 120 laki-laki, ada 5 orang perempuan. Orang mungkin banyak yang menilai kami ber-lima ini tomboy, dan gak cewek banget. Gaya macho kayak jagoan. Eits.. Tapi sebagai seorang perempuan yang hidup di antara sekian banyak laki-laki, meskipun dengan gaya yang kadang plentang-plenteng, saya sama sekali tidak merasa 'bukan perempuan'. Saya malah merasa sangat perempuan. Saat perempuan menjadi seorang minoritas, kita malah bisa sangat merasakan apa itu menjadi perempuan.

Dan toh, teman-teman pun merasa ngobrol dengan kami para cewe ini tetap berbeda bila ngobrol dengan teman-temannya yang sesama laki-laki. Kami berlima semuanya pernah menjadi tumpahan curhat begitu banyak laki-laki. Curhatan yang mungkin tidak dapat mereka ungkapkan ke teman-teman laki-laki yang lain. Saya ingat seroang teman gelisah karena di sms seorang perempuan. Ia sama sekali tak tahu apa maksud sms perempuan tersebut (maklum bahsa perempuan dan laki-laki tak selalu sama), otomatis ia menanyakannya pada saya, "Ini cewe sebenernya mau bilang apa?" Teman saya tentu menganggap saya perempuan, karena itulah ia meminta pendapat saya, mengenai 'bahasa perempuan' (meskipun bahasa perempuan juga bisa berbeda satu sama lain).

Sebagai 5 diantara 120, orang luar seringkali memandang kami cewe-cewe mesin yang selalu tangguh, kuat, dan tidak perlu pertolongan laki-laki. Justru, bagi kami yang merasakan sendiri menjadi cew mesin, merasa bahwa perempuan-perempuan biologi yang mayoritas jumlah perempuannya lebih banyak jauh lebih tangguh dan macho daripada kami. Kalau mereka naik gunung, mereka ngangkat tas sendiri, buka jalur sendiri. Cewe-cewe mesin juga sih (ngeles) , tapi kalau capai dikit, sudah ada yang bersedia mengangkatkan tas untuk kami (meskipun kalau sekarang dipikir-pikir kasihan juga sih). Cewe-cewe biologi kalau pulang malam sendiri, tak jarang harus pulang sendirian ditengah kegelapan, atau setidaknya reramean bareng teman-teman cewek yang lain. Cewe-cewe mesin selalu dapat bisa tebengan hingga rumah, kalau kami mau. Bahkan tak selalu di malam hari, kadang malah di siang hari. Siapapun bisa kena paksa untuk mengantarkan kami sampai ke rumah, baik kakak kelas, teman seangkatan maupun adik kelas (deuh manjanya dulu maaf yah teman-teman gak bermaksud menyengsarakan). Bagi saya, gaya yang macho, hidup di dunia laki-laki, ketangguhan (ataupun kemanjaan), belum tentu bisa mendefinisikan keperempuanan. Seorang perempuan tetap menjadi perempuan terlepas dia manja, tangguh, hidup di dunia yang kebanyakan perempuan maupun laki-laki, memakai rok bunga-bunga cantik, ataupun jaket yang gagah.

Saya jadi ingat seorang sahabat saya, seorang cewe mesin juga. Soal perbengkelan, set dah jago bener deh. Waktu training menjadi tunner mobil di suatu bengkel, rasa-rasanya teman saya ini lebih jago daripada teman-teman cowo saya yang lain. Hobi naik gunung, bikin robot. Kalau naik motor sama teman saya yang satu ini wes.. rasanya gagah bener, ngebut men! Lebih ngeri dari naik motor sama siapapun termasuk cowo. Tentu, dengan ciri-ciri tersebut, banyak yang akan menilainya sebagai tomboy. Karena saya mengenal sahabat saya ini lebih dekat, saya malah menilai sebaliknya. Dia perempuan banget. Tomboy itu cuma diluarnya. Waktu kuliah dulu, yang ngajak ke salon atau perawatan duluan kadang-kadang dia. belum lagi kalau curhat.. Yah ampun cewe banget (walau sulit diungkapkan, saya punya definisi tersendiri tentang curhatan yang cewe banget beda deh kalau cowo yang curhat), kadang-kadang centil juga (dalam arti yang baik loh centilnya). Perasaannya pun lembut dan sangat sensitif. Meskipun kalau galak yah galak aja. Sampai sekarang, diapun masih bekerja di lingkungan yang berisi sebagian besar laki-laki, di perminyakan, tapi sebagai field engineer (deu.. I am actually still quite curious to know what is it like to be a female field engineer, kayaknya keren gethu meski gak mau juga seumur hidup jadi field engineer). Teman saya ini sampai sekarang masih bekerja belepotan dengan oli. Jauh dari steriotipe perempuan? Mungkin, tapi saya dengar dari rekan kerjanya, fansnya banyaak sekali. Wahaha saya gak heran. Saya selalu menganggapnya cantik dari luar maupun dalam. Tanpa harus menjadi seperti orang lain, tanpa harus menjadi seperti perempuan yang didefinisikan orang lain (sesuai steriotipe perempuan pada umumnya), ia tetap punya magnet yang bisa memikat lawan jenisnya. Ia tetap seroang perempuan. Waktu aku terakhir ketemu dengannya saat kumpul angkatan setahun yang lalu, saya pun merasa teman saya ini is damn fabulous, teman-teman seangkatan laki-laki saya juga merasakan hal yang sama. Malah ada yang ngaku nyesel gak pdkt dari dulu. Wahahaha.

Bila saya harus mendefinisikan apa yang saya maksudkan sebagai perempuan saya mungkin sulit mendefinisikannya secara gamblang, tapi saya akan ingat kejadian-kejadian di mana saya merasa seorang perempuan itu perempuan banget, contohnya sahabat saya, yang juga seorang field engineer (tapi di perusahaan batu bara), bagi saya dia perempuan banget juga. Sahabat saya ini meskipun berani berekspedisi di tengah lapangan antah berantah, pergi sendirian dari satu pulau ke pulau lain, perempuan sekali, karena perasaannya halus sekali. Saya ingat ia menangis waktu ada konflik antar dua golongan di kampus karena hal yang sepele, saya ingat ia menangis ketika mendengar mengenai anak perempuan tuna netra yang diperkosa, saya lihat ia menangis saat melihat ketidakadilan anak-anak di penjara (saat itu ia sujud setelah shalat lama sekali), ia lembut sekali berbicara dengan anak-anak (bahkan sabar terhadap anak kecil, aku kalau anak terlalu kecil juga kadang gak sabar) dan mampu membuat anak-anak yang menangis tertawa dengan ketulusan hatinya, saya lihat ia dengan santai mengendong anak-anak berbaju lusuh dengan kulit hitam-hitam dengan penuh kasih sayang. Bagi saya seorang perempuan, bukan ditentukan dari apakah dia doyan shopping atau ngak, pakai rok atau ngak, ngomongnya halus apa ngak, multi-tasking apa ngak (I found out that I am not multi-tasking tapi aku tetep perempuan kan?), bisa baca peta apa ngak (kayak di buku 'woman can't read maps', who said so? Itu gak ada hubungannya dengan gender, tapi kemampuan visual dan matematik, ya gak sih?). Bagi saya seroang perempuan bukan dilihat dari penampilan luarnya, tapi apa yang ada di dalam hatinya. Kelembutan dan kasih sayang yang berasal dari dalam. Itu definisi perempuan bagi saya loh, kalau definisimu apa?

Comments

Ajeng said…
Ahh... Kayanya gw tau tuh Put, anak kost yang sok-sok cuek tapi paling sensitif. Tetangga kamar gw ya?? Heuheuheu... :p
Hahaha... :D

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)