Menonton film mengenai Bipolar Disorder




Sabtu lalu saya mampir di Rumah Buku untuk menghadiri kegiatan nonton film mengenai Bipolar Disorder berjudul At the Very Bottom of Everything karya Paul Agusta.

Saya penasaran karena saya tidak tahu menahu mengenai bipolar disorder dan sangat ingin belajar mengenainya. Tadinya saya berpikir itu semacam kepribadian ganda, ternyata saya salah. Ternyata :
Bipolar disorder (also known as manic depression) is a disease; it is a medical condition that causes psychological problems to such a degree that daily functioning is hampered by the symptoms. The most prominent symptoms include extremes of mood known as depression and mania. These emotional extremes are usually beyond normal responses to events and often last for extended periods of time. Psychosis and suicide are also concerns for those diagnosed with this disorder.
Sumber : http://bipolar.about.com/od/diagnosissymptoms/a/bipolardisorder.htm


Sumber : http://bipolar.about.com/od/diagnosissymptoms/a/bipolardisorder.htm

Menurut Paul Agusta, sang pembuat film, bipolar disorder biasanya dipengaruhi oleh produksi serotonin di otak. Ketika kadar serotonin-nya rendah, biasanya penderita bipolar disorder merasa sangat depresi.


"Saya pernah mencoba membunuh diri tapi saya gagal," kata Paul Agusta. Begitulah rasa depresi yang pernah ia rasakan.


Meskipun terkadang ada hal-hal yang membuat saya stres, rasanya saya tidak pernah mengalami depresi teramat sangat seperti yang dirasakan oleh penderita bipolar disorder. Sulit bagi saya untuk membayangkannya. Meskipun begitu, saya bisa belajar bahwa ada orang-orang yang bisa merasa sangat depresi, tetapi tidak bisa mereka kontrol. Rasa depresi ini bukan hanya dipengaruhi oleh hal-hal psikologis, stress berlebih, pola diet yang tidak baik, dan kurang tidur tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, yakni produksi serotonin di otak.

Film yang dibuat oleh Paul Agusta cukup berat bagi saya. Ada banyak simbol yang digunakan yang merupakan simbol-simbol pendertitaan yang dialami oleh penderita bipolar disorder, misalnya simbol tikus yang memakan manusia. Rasanya sakit, menakutkan, dan mengerikan sekali. Dan itulah yang dirasakan oleh penderita bipolar.

Bagi Paul Agusta, film ini sangat personal. Film ini diangkat dari buku hariannya yang ditulisnya saat ia dirawat di rumah sakit untuk penderita mental. Menurutnya, bipolar disorder bisa diderita oleh perempuan dan laki-laki, dan juga bersifat genetik (bisa menurun).

Waktu Paul Agusta didiagnosis sebagai penderita bipolar, awalnya ia diberi obat-obatan. Hanya saja, ia merasa "sok jago" sehingga tidak mau meminum obatnya dan merasa bisa sembuh tanpa pengobatan. Sayangnya, dugaannya salah, ia justru menjadi sangat depresi sehingga titik yang paling dalam. Ia perlahan bisa sembuh yakni dengan kembali meminum obatnya. Selain itu, menurutnya yang juga menyembuhkannya adalah bantuan orang lain, yakni keluarga, sahabat terdekat.

Orang yang menderita bipolar disorder tidak akan bisa menghadapi penyakitnya sendiri Dalam satu adegan di filmnya ada kalimat (meskipun tidak sama persis):
Meminta pertolongan orang lain, itu bukan kesalahan
Membutuhkan kasih saya keluarga, itu bukan kesalahan


Ada juga kata-kata dalam film ini yang menyatakan bahwa ketika seseorang yang menerima bipolar disorder diterima apa adanya, baik oleh keluarga maupun sahabat-sahabatnya, ia akan lebih mudah menghadapi penderitaannya.

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah