Definisi Kapilaritas yang Aneh Membawa Kami Menjelajahi Pengetahuan di Dunia Maya

Capillary action, or capillarity, is the ability of liquid to flow against gravity where liquid spontaneously rises in a narrow space such as a thin tube, or in porous materials such as paper or in some non-porous materials such as liquified carbon fibre. This effect can cause liquids to flow against the force of gravity or the magnetic field induction. It occurs because of inter-molecular attractive forces between the liquid and solid surrounding surfaces; If the diameter of the tube is sufficiently small, then the combination of surface tension (which is caused by cohesion within the liquid) and forces of adhesion between the liquid and container act to lift the liquid.[1]
(http://en.wikipedia.org/wiki/Capillary_action)

Saya mau pingsan. Saat saya melihat catatan murid [privat] saya. Begini isinya :

Capillarity is the phenomenon of up and down the liquid in the object”

Halah, definisi apa ini? Bandingkan dengan definisi capilarity yang saya temukan di Wikipedia. Padahal Wikipedia, konon katanya tidak selalu akurat. Tapi setidaknya definisi kapilaritasnya lebih jelas daripada definisi yang saya baca.

Murid saya yang satu ini sebenarnya sangat cerdas. Tetapi pembelajaran di sekolahnya yang menggunakan bahasa Inggris membuatnya kesulitan. Bukan sembarangan bahasa Inggris, tetapi bahasa Inggris asal comot. Saya pusing sendiri. Buku sekolahnya pun sama kacaunya.

Saya tanyakan saja padanya tahu kapilaritas tidak? Saya memintanya membayangkan sebuah ember berisi kain pel. Kain pel yang kering sebagian diceluplan ke dalam ember, sebagian lagi dibiarkan kering. Kira-kira apa yang akan terjadi kemudian? Bagaimana dengan sisi luar kain pel? Tentu saja basah.

“Kok bisa basah yah Bu?” tanyanya. Saya meminta dia memerhatikan kaus yang sedang dipakainya. Bahwa diantara benang-benang di dalam kausnya ada celah-celah sempit yang memungkinkan terjadinya kapilaritas. Hal ini kemudian saya kaitkan dengan kohesi dan adhesi. Saya memintanya memerhatikan gelas berisi sirup yang ada di atas meja. Lalu saya memintanya membayangkan kalau gelas tersebut dibalik. Akan ada sisa air syrup yang menempel. Kalau raksa tidak begitu. “Gelasnya akan kering.”

Murid saya ternyata belum pernah melihat raksa. Atau mungkin pernah saat melihat termometer, tetapi belum pernah benar-benar memerhatikan. Wajahnya terbengong-bengong waktu saya cerita mengenai raksa.

“Warnanya seperti apa? Bentuknya seperti apa?” tanyanya.

Akhirnya saya tanyakan saja, “Ada internet tidak?”

Rasanya akan lebih baik belajar dari internet daripada berpedoman pada buku teks dan buku catatan yang kacau balau. Untungnya ada.

Saya mengajaknya googling untuk mencari materi-materi yang ingin dipelajarinya.

“Ibu, cari mengenai raksa yuk! Memang seperti apa bentuknya?”

Akhirnya kami pun berkelana mencari tahu mengenai raksa. Apa adanya memang, tanpa material aslinya. Murid saya terkagum-kagum melihat butiran raksa yang bulat. “Perhatikan deh bedanya butiran raksa dan butiran air!” sahutku. Saya juga menyelipkan cerita bahwa beberapa perempuan Jepan zaman dulu menggunakan raksa karena percaya raksa akan membuat muka mereka cantik. Tapi ternyata raksa sangat beracun.

Saya juga bercerita bahwa di zaman dahulu, menambal gigi juga menggunakan raksa, tapi kini sudah tidak diizinkan lagi karena berbahaya. “Tambalan saya dulu juga ada yang menggunakan raksa,” kata saya. Kami mengintip gambar gigi yang menggunakan raksa sebagai tambalannya.

“Ada juga daerah di Indonesia yang tercemar air raksa akibat proses pertambangan,” cerita saya.

Kami juga menonton sebuah kartun yang memodelkan mengenai benda padat (solid), benda cair (liquid), dan gas (http://www.youtube.com/watch?v=UnBoQe2rsgo) . Kami menemukan berbagai simulasi dan bacaan yang menjelaskan sifat-sifat partikel ketiga zat tersebut. Murid saya bahkan matanya berbinar-binar menyaksikan satu simulasi sederhana mengenai bagaimana partikel air berubah sifat ketika dipanaskan. Benar-benar simulasi yang sederhana, ada es (suhunya saat itu -30 derajat celcius), lalu ada tombol yang tinggal di klik, yang konon akan membuat temperatur air semakin tinggi. Seketika, sifat partikelnya berubah.
Kami bukan hanya belajar dari satu model. Kami juga memainkan beberapa game mengenai sifat-sifat material di website ini http://www.bbc.co.uk/schools/ks2bitesize/science/materials/.

Kami juga menemukan video-video orang-orang yang melakukan berbagai percobaan, ada mengenai tegangan permukaan air, ada yang mengenai kapilaritas, dan lain sebagainya. Sampai tak terasa sudah waktunya saya untuk pulang.

Sebetulnya materi ujian besok tidak banyak dan semua sudah tercakup dalam pembelajaran hari ini. Malah kami belajar lebih banyak, beberapa hal mungkin tidak akan keluar dalam ujian. Tidak apa-apalah toh? Dalam hati saya berharap bahwa bukan hanya materi-materi yang kami pelajari dari internet yang menempel di kepalanya hari ini. Saya lebih berharap di kemudian hari dia mempunya rasa ingin tahu untuk mencari tahu. Lebih banyak dan lebih banyak lagi. Lewat internet boleh, lewat pengamatan boleh, lewat eksperimen boleh, lewat mana saja boleh. Tidak terbatas pada buku teks bilingualnya dan catatan yang ajaib istilah-istilahnya itu . Ups!

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah