Modul dan Diskusi

Beberapa hari ini saya sibuk membuat modul untuk sebuah pelatihan. Saya membuat modulnya bersama Ibu Nina Soeparno, seorang guru di SMAN 3 Jakarta.

Saat membuat modul saya banyak berdiskusi, misalnya saat membuat modul mengenai pengukuran, Bu Nina bercerita bahwa ia ssering menemui murid yang misalnya mau membuat garis 2 cm, bukannya menggambar daro 0 - 2 cm tetapi malah menggambar dari 10 - 2 cm

0 - 1 - 2 - 3 - 4 - 5 - 6 - 7 - 8 - 9 - 10

Saya menceritakan bagaimana murid saya menanyakan cara kerja jangka sorong dan mikrometer sekrup, yang selama ini hanya dilihatnya di buku. "Diputar-putar atau apa sih miss?"

Sambil menceritakan kisah ini saya iseng-iseng mengambil karton bekas dan membuat model untuk menunjukkan cara kerja mikrometer sekrup (meski tidak disertai angka-angkanya).

Saya jadi sadar, setiap guru mempunyai ceritanya sendiri. Cara saya mengajar mengenai pengukuran, misalnya, tidak akan sama dengan guru lain dan sebaliknya. KAlau ada 10 guru yang sama-sama mengajarkan mengenai pengukuran, misalnya, bisa jadi akan ada 10 metode yang berbeda, 10 pendekatan yang berbeda, atau bahkan lebih (kalau gurunya kreatif banget).

Kalau guru-guru sudah biasa melakukan hal ini, sebenarnya training guru semakin tidak dibutuhkan lagi. Guru tinggal berkumpul dan melakukan diskusi secara mandiri. Saat ada hal-hal yang benar-benar sulit dipahami bisa mengundang seorang yang lebih ahli. Mungkin akan ada saatnya di mana guru-guru di seluruh Indonesia, berkumpul bersama, dan saling berbagi mengenai cara mengajarnya masing-masing. Mereka akan berbagi mulai dari cara mengajar secara umum, sampai materi-materi yang lebih mendetail. Kapan yah?

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)