[Reposting] Dari Guru Untuk Siswa


Dari Guru Untuk Siswa
(Terinspirasi dari Buku Perahu Kertas karya Dewi Lestari )
Oleh Dhitta Puti Sarasvati
Akhir pekan lalu, saya iseng membaca sebuah fiksi karya Dewi Lestari (Dee) berjudul Perahu Kertas. Ada dua tokoh utama dalam cerita. Yang satu bernama Kugy, seorang yang suka menulis cerita anak. Tokoh berikutnya  bernama Keenan, kegemarannya melukis.

Dalam buku tersebut, dikisahkan bahwa sambil kuliah Kugy menyempatkan diri untuk mengajar anak-anak di sebuah Sekolah Dasar darurat bernama Sekola Alit, yang terletak di Bojong Koneng, Bandung. Di sana Kugy mengajar anak-anak membaca dan menulis di bawah sebuah pohon.
Kegiatan Kugy tampaknya memberikan banyak insipirasi bagi Kugy untuk menulis. Kemampuannya menulis, menjadi sebuah kekuatan dalam mengajar. Setiap kali kemampuan membaca muridnya meningkat, Kugy  menghadiahkan mereka sebuah tulisan. Pengarangnya? Kugy sendiri. 
Kugy akhirnya membuat perjanjian dengan anak-anak itu, setiap kali mereka berhasil naik tingkat membaca, maka Kugy membuatkan dongeng tentang mereka. Seluruh tokohnya diambil dari masing-masing anak, lengkap dengan ornamen-ornamen pendukung yang ada dalam kehidupan mereka. ( Perahu Kertas, Dewi Lestari, h. 103)

Seharusnya dalam membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, seorang guru sebaiknya membangkitkan motivasi yang sifatnya internal. Motivasi yang berasal dalam diri siswa, bukan karena hadiah, bukan untuk mendapatkan nilai tinggi, bukan untuk menjadi juara kelas, tetapi karena siswa memiliki kecintaan terhadap belajar, karena siswa merasa belajar adalah suatu kebutuhan, karena belajar, memiliki nilai intrinsiknya sendiri. Hm.. saya jadi ingat obrolan saya dengan seorang guru minggu lalu, saat menceritakan otak yang terus berputar terstimulasi setelah belajar sehingga menyebabkan seseorang sulit tidur.
“Rasanya, ada waktunya otak saya begitu terstimulasi (misalnya sehabis membaca atau berdiskusi), ide-ide berterbangan dikepala saya hingga saya sulit tidur.”“Saya juga begitu,biasanya saya akan langsung tuliskan, baru bisa tidur nyenyak.”“Begitu yah otak kalau terstimulasi karena belajar. Sampai bisa bikin sulit tidur.”
Meskipun tidak sama persis, begitulah kurang lebih inti dari pembicaraan kami. Belajar memang mengasyikan. Belajar dari mana saja, dari pengalaman, pengamatan, buku, apapun. Dan kadang membuat otak kita berputar begitu cepat, sehingga kadang membuat saya tidak bisa tidur. Motivasi sejenis ini, yang seharusnya ditumbuhkan pada siswa.
Meskipun begitu, menurut saya, pendekatan Kugy dalam memotivasi siswanya untuk belajar membaca cukup menarik. Tidak semua orang langsung mempunya motivasi yang sifatnya intrinsik dalam belajar. Kadang-kadang reward sederhana seperti pujian, hadiah, tidak ada salahnya. Kadang-kadang motivasi yang berasal dari luar diri, bisa menjadi langkah awal untuk menanamkan motivasi yang berasal dari dalam diri.
Dalam kisah Perahu Kertas, Kugy, membuatkan cerita-cerita mengenai anak sebagai penghargaan setiap kemampuan bahasa mereka meningkat. Membuatkan cerita untuk masing-masing siswa yang diajarnya tentu memerlukan effort. Hal ini menunjukan bahwa Kugy, sebagai seorang pengajar, memerhatikan siswanya satu per satu dan bersedia menyediakan waktunya untuk memberikan sebuah reward yang sifatnya personal. Kelebihan Kugy, menurut saya, bukanlah karena ia memberikan reward pada murid-muridnyanya, melainkan karena dia memberikan  perhatian  kepada murid-muridnya.
Hm.. saya jadi teringat pada beberapa orang guru yang saya kenal. Guru-guru beneran, bukan fiksi. Ada seorang dosen bahasa yang selalu mengumpulkan brosur-brosur dari tempat-tempat yang dikunjunginya, untuk ditunjukan kepada murid-muridnya sebagai bahan pembelajaran. "Bagaimana sih bahasa yang digunakan dalam brosur tersebut? Apa yang membuatnya menarik?"  adalah hal yang bisa ia tanyakan di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kali ia melihat hal yang menarik dan bisa bersifat edukatif, ia ingat pada muridnya. 
Seorang teman guru yang lain juga selalu mencoba menyempatkan diri untuk mengomentari wall-wall  facebook muridnya (termasuk menegurnya ketika ada muridnya yang menggunakan kata-kata kasar). Hal ini menunjukan bahwa ia peduli dengan murid-muridnya, dan tentu ingin membangun komunikasi dengan murid-muridnya kapan ia bisa. 
Ada juga teman-teman guru yang membuat website untuk memajang karya-karya muridnya. Saya juga ingat, ada seorang teman guru yang mengirimkan karya siswanya ke sebuah milis guru (klubguruindonesia(at)yahoogroups(dot)com; sekarang ikatanguruindonesia(at)yahoogroups(dot)com ), agar teman-teman guru yang lainnya bisa mengomentari karya siswanya. Saya memang menyempatkan diri untuk ikut mengomentari karya muridnya dan kata sang guru, sang murid bangga sekali (mudah-mudahan juga terus termotivasi untuk menulis).
Sebenarnya, saat saya membaca apa yang dilakukan Kugy untuk memotivasi siswa-siswanya, saya paling teringat dengan seorang teman saya yang menempuh sebuah SMU di daerah Bukittinggi. Ia sekarang memilih untuk menjadi penulis dan sangat mencintai dunia baca-tulis. Beginilah yang pernah ia katakana ke saya:
Guru saya tidak menggunakan buku pelajaran. Ia selalu menggunakan semacam buku pelajaran sendiri. Semacam modul. Dan setiap tahun ia membuat modul yang baru. Setiap tahun ia menggunakan nama-murid-murid dalam kelasnya sebagai tokoh tulisan-tulisan yang ada di modul yang ia buat. Misalnya namaku Inal. Nah, pasti ada bagian dalam buku itu yang menggunakan namaku. Semua murid yang lain juga begitu. Pasti ada nama mereka dalam modul yang dibuat oleh guru saya.
Menurut saya, guru tersebut sangat luar biasa. Membuat modul bahasa tentu membutuhkan waktu dan effort yang cukup besar. Apalagi bila ia membuat sebuah modul baru setiap tahunnya. Ia juga selalu menggunakan nama murid-muridnya. Jadi, kalau murid-muridnya membaca modul tersebut, tentu aka nada kegembiraan dalam hati mereka. Guru mereka memperhatikan mereka dan nama mereka ada dalam sebuah buku!
Hm.. mungkin inti dari apa yang dilakukan Kugy dan apa yang dilakukan guru bahasa Indonesia teman saya bukan pada reward tapi lebih pada perhatian yang diberikan seorang guru pada siswanya. Sebuah perhatian istimewa dari guru untuk siswa. Ini tentu langkah-langkah awal yang dijalankan oleh guru-guru ini dalam menanamkan motivasi belajar kepada siswanya. Sebuah semangat yang patut ditiru!

9 Juni 2010

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah