Pembelajaran Kontekstual di SMK

Sekitar dua minggu lalu, saya didatangi oleh seorang kepala sekolah dan guru SMK. Mereka ingin berkonsultasi mengeni Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurutnya sang kepala sekolah ada tuntutan di sekolah untuk menggunakan CTL. Ia ingin tahu apa perbedaannya dengan pembelajaran tematik. Kebetulan di sekolahnya, sekarang menggunakan sistem factory teaching.Maksudnya para siswanya diharapkan mampu menghasilkan sebuah produk yang kemudian dijual (misalnya). Buat saya, itu berarti sekolah itu pada dasarnya sudah mengembangkan CTL.

Bagi saya, CTL (atau saya lebih menyukai menggunakan istilah pembelajaran yang kontekstual) adalah sebuah paradigma pendidikan. Selama kita memahami tujuan pembelajaran, bisa mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna, maka kita sudah menerapkan pembelajaran yang kontekstual.

Dalam pembelajaran yang kontekstual, sang pembelajar harus paham mengenai tujuan pembelajaran. Kalau belajar mengenai matematika dan sibuk menghafal rumus tanpa tahu tujuan maupun keterkaitannya dengan hal lain, maka pembelajaran menjadi meaningless (tidak bermakna). Ini berarti pembelajaran belum bersifat kontekstual.
Pembelajaran yang kontekstual juga berarti kita bisa menghubungkan apa yang kita pelajari dengan hal-hal lainnya, termasuk dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, Ibu Meli Sari, dosen di UNJ pernah merancang pembelajaran aljabar yang dimulai dengan persoalan memilih di antara dua taksi (yang diketahui harga awal dan harga per jam-nya). Siswa bisa menyelesaikan persoalan tersebut tanpa menggunakan aljabar (formal) terlebih dulu. Setelah itu, baru siswa diperkenalkan pada aljabar yang formal. Ini adalah salah satu contoh pembelajaran yang kontekstual. Siswa diajak menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang dipelajari di sekolah, bisa membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan-persoalan ini.

Guru SMK yang datang berkonsultasi ke saya bahwa saat dia mengajar TIK, dia menghubungkannya dengan dunia kerja. Kebetulan sebelum menjadi guru, dia pernah bekerja di sebuah kantor. Pengalamannya dibawa saat dia masuk ke dalam kelas. Jadi pembelajaran komputer bukan hanya menggunakan Excel tanpa makna. Meskipun sebelumnya tidak tahu istilah CTL sebenarnya sang guru sebenarnya sudah menerapkan pembelajaran yang kontekstual.

Pembelajaran yang kontekstual juga berarti bahwa siswa diajak belajar dalam berbagai konteks yang berbeda. Selain belajar di sekolah, siswa juga diajak belajar di dunia kerja (contohnya melalui kegiatan magang), masyarakat (misalnya dengan diajak terjun ke masyarakat), dan sebagainya. SMK biasanya mewajibkan siswanya untuk magang di industri. Pada dasarnya, SMK-SMK sudah menerapkan salah satu contoh pembelajaran yang kontekstual.

Pembelajaran yang kontekstual juga berarti bahwa penilaian dilakukan bukan hanya melalui ujian tetapi juga adanya authentic assessment. Ketika saya kuliah dulu, ada beberap tugas di mana saya diminta mendesain sebuah alat misalnya alat olah raga, alat memasak, dan sebagainya. Saya juga pernah diminta untuk menganalisis mesin penukar panas di industri. Otomatis saya harus melakukan pengukuran, memiliki kemampuan menganalisis, dan memiliki pemahaman konsep yang baik. Dosen-dosen saya kemudian menilai saya dari karya saya. Di SMK praktik semacam ini juga sering diterapkan. Kalau sudah, ini berarti bahwa pembelajaran yang kontekstual memang sudah diterapkan di SMK. Tanpa mengetahui istilah CTL pun, pembelajaran-pembelajaran di SMK memang (seharusnya) sudah bersifat kontekstual.

Comments

Unknown said…
wah2

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)