Selalu ada Mainan Baru
Oleh Dhitta Puti Sarasvati
@warnapastel

Di stasiun kereta. Seorang kakak dan seorang adik bermain di dalam kardus. Tampaknya mereka bermain peran. Si kakak suka sekali mengatur

"Kamu harus begini! Kamu harus begitu," katanya pada sang adik dengan melapisi tubuhnya dengan kain selempangan yang biasa digunakan untuk menggendong bayi. Tak lama kemudian sang kakak matanya bersinar-sinar.

Dia melompat keluar kardus, lalu diambilnya sebuah batu. Batu
dilemparkannya ke depan.

"Kejar!" Teriaknya pada sang adik. Mereka berdua berlari mengejar batu. Setiap kali ditangkap, dilempar lagi, dikejar lagi sampai bosan.

Tapi sang kakak selalu cemerlang. Kini waktunya untuk bermain
jual-jualan. Ibu mereka sendiri sedang sibuk menjual tahu di belakangnya. Sang kakak memilih berjualan es teh manis. Dengan
khayalannya, plastik-plastik yang dia temukan di sepanjang stasiun kereta disulapnya menjadi es teh manis. Adiknya menjadi pembeli.

"Harganya lima ribu. Mana uangnya?," tanyanya.

Adiknya bingung saja.

"Nih, pakai ini saja," kata sang kakak sambil mengambil segenggam tutup botol plastik.

Memang sedikit sok mengatur dia!

"Bayarnya pakai ini!"kata sang kakak sambil memberikan beberapa tutup botol pada adiknya.

"Mana uangnya?" tanyanya lagi sambil mengambil beberapa tutup botol dari adiknya.

Sebuah plastik dan satu tutup botol diberikan lagi pada adiknya sambil berkata, "Ini es tehnya dan ini kembaliannya!"

Seorang pengunjung membuang es teh benaran. Esnya masih dalam plastik yang terikat. Ada lubang kecil di ujungnya. Ada tetes the yang menetas perlahan keluar dari lubang tersebut. Sebenarnya isinya plastiknya masih lumayan penuh, mungkin dibuang sang pengujung karena rasanya terlalu manis.

Sang kakak, dengan mata awas memandang es tersebut. Diambilnya plastik berisi es the tersebut. Ditekannya. Air the di dalamnya muncrat jauh. Ditekannya sekali lagi agar airnya muncrat lebih jauh lagi! Dia tertawa lepas. Adiknya ikut-ikutan tertawa.

Sang ibu yang tadinya sibuk melayani pembeli, sedang sedikit santai. Dilihatlah putrinya bermain dengan sisa es!

"Jangan main es! Taruh itu," teriaknya tanpa alasan yang pasti.

Sang kakak menurut saja pada ibu tersayangnya. Dia tenang saja seakan-akan berkata, "Akan selalu ada mainan baru, Lihat saja nanti!"

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Mengenal Enam Prinsip-prinsip Dasar Pengajaran Matematika di Sekolah NCTM (2000)