Menulis Tentang Bullying dan Menulis untuk Terapi

Sekelompok teman-teman saya sedang membuat kajian komprehensif mengenai bullying di sekolah. Mulai dari teori-teori mengenai bullying, studi komparasi mengenai bullying di negara-negara lain, studi tentang korban-korban yang pernah dibully, studi tentang orang-orang tua yang anaknya di-bully, studi tentang best practices dalam menghadapi bullying, dan sebagainya. Pokoknya lengkap deh dari teori, bukti riil di lapangan, sampai ke solusi. Konteksnya khusus. Konteks di Indonesia.

Salah satu seorang teman yang terlibat di dalam penyusunan buku ini waktu itu meminta saya mencarikan beberapa korban bully yang bersedia berbagi ceritanya untuk studi ini. Saya mengatakan bahwa saya juga merupakan korban bullying.

"Kalau begitu, kamu ikut cerita saja. Ceritakan bagaimana kamu bertahan, dan sekarang kamu sudah jadi pendidik jadi bagaimana kamu memandang itu," katanya pada saya.

Saya tidak pernah menceritakan dengan detil mengenai pengalaman saya kepada siapapun. Tapi saya menyanggupi. Saya merasa cerita saya akan jadi bagian penting dari perubahan wajah pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Saya sadar, bahwa kekerasan, termasuk  bullying di institusi pendidikan harus berhenti secepatnya. Hal tersebut yang membuat saya mau berpartisipasi dalam kajian ini.

Saya lalu menelepon salah satu penanggung jawab kajian ini. Menceritakan bagaimana saya bersedia kasus saya dijadikan bahan studi mengenai bullying  ini. Saya bersedia diwawancara, tapi saya ingin suasanya nyaman karena tidak mudah untuk menceritakan kejadian tersebut. Penanggung jawab kajian ini, seorang psikolog, mengatakan bahwa beliau memahami bahwa pasti berat untuk menceritakan kisah bullying tersebut dan meminta saya untuk menuliskannya saja. Dengan begitu, saya punya ruang lebih untuk berekspresi. Nama saya akan dilindungi, sehingg tidak akan ada yang tahu siapa menulis apa.

Saya akhirnya menulis. Sedetil-detilnya sehingga tulisan saya bisa digunakan dengan lebih mudah oleh peneliti. Saya ceritakan setiap pengalaman yang saya ingat termasuk bagaimana akhirnya, saya bisa menghadapi pengalaman menyakitkan tersebut. Tidak terasa, saat menuliskan mengenai momen ketika saya di-bully saya menangis. Kejadian itu sudah sekitar 20 tahun yang lalu dan saya masih merasa sakit!

Namun, saat menulis, lama-lama saya merasa sangat tenang. Ada yang bilang menulis bisa jadi terapi. Di artikel Writing as Therapy oleh Adrian Furnham (2013) di website   https://www.psychologytoday.com/blog/sideways-view/201308/writing-therapy, dikatakan bahwa ::
"Kegiatan [menulis untuk terapi] bisa membutuhkan introspeksi serius: sebuah upaya untuk memahami masa lalu. Untuk menyelidiki berbagai sudut pandang daripada mencoba menyalahkan orang lain [atas kejiadian menyakitkan tersebut]."
Di situ juga dituliskan bahwa :

"menulis untuk terapi itu lebih daripada sekadar menulis dengan kalimat-kalimat indah. Itu tentang memilih pengalaman, kejadian, dan orang, yang berpengaruh terhadapp hidup seseorang. Melihat sebab dan akibat, memahami proses psikologis sehingga memberi pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri.  [Menulis untuk terapi] membuat hal-hal yang tidak erlihat menjadi jelas: pola bisa ditemukan dan jawaban terhadap [pertanyaan yang menimbulkan rasa sakit] menjadi jelas."

Ketika menuliskan pengalaman di-bully  saya bebaskan diri saya untuk menulis sejujur-jujurnya (kalau saya tidak jujur, kasihan penelitinya). Ternyata, saya menulis berlembar-lembar halaman. Tulisan saya yang tadinya hanya saya tujukan untuk menjadi bahan kajian sebuah penelitian ternyata juga bermanfaat bagi diri saya sendiri. Saya merasa sangat tenang, saya bisa memahami masa lalu saya dengan lebih jelas, dan semuanya jadi terasa masuk akal. Menulis memang powerful, bukan hanya untuk berbagi pikiran tetapi juga untuk memahami pikiran dan perasaan diri sendiri, baik di masa lampau maupun masa kini.

PS: Kalau ada yang mau ikut berbagi tulisan mengenai pengalamannya di-bully untuk keperluan kajian ini, silakan kontak saya melalui puti[at]igi[dot]or[dot]id . Saya akan membantu  menghubungkan anda dengan peneliti.

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah