Oh, Saya Cari Gara-gara!

Sumber : http://www.vasanthk.com/wp-content/uploads/2015/03/Promise-Quote.jpg

Beberapa bulan yang lalu, saya cari gara-gara.  Begini ceritanya. Sudah sejak tahun 2007, teman-teman dan saya mendirikan Sekolah Rumah Mentari (sebuah komunitas belajar). Di sana kami banyak berkegiatan bersama anak-anak di Kampung Sekepicung, kadang juga bersama pemuda, ibu-ibu, maupun bapak-bapak yang ada di Kampung tersebut. Kegiatannya bervariasi dari kegiatan belajar bersama (matematika, bahasa Inggris, memasak), jalan-jalan, bermain drama, berkebun, dan banyak lagi. Namun, saya merasa ada yang kurang. Saya ingin berjejaring dengan guru-guruyang mengajar di sekolah-sekolah di sekitar Sekolah Rumah Mentari. Siapa tahu ada kesempatan untuk berinteraksi dan bekerja sama. 

Jadi, saya mulai dengan mengunjungi salah satu sekolah, sebuah SD,  yang letaknya tak jauh dari Kampung Sekepicung. Bu Dewi (teman yang rumahnya kami pakai untuk kegiatan Sekolah Rumah Mentari) menemani saya untuk mengunjungi salah satu sekolah yang letaknya di atas bukit. Saya datang ke sana untuk berkenalan dengan guru-gurunya.

Sesampai di SD tersebut, saya disapa oleh beberapa anak yang sedang belajar di lapangan.
"Kak Puti!" kata mereka sambil melambaikan tangan. 

Memang ada beberapa anak-anak yang suka belajar di Sekolah Rumah Mentari yang juga bersekolah di SD tersebut. 

Bu Dewi mengenalkan saya dengan guru-guru di sekolah tersebut. Saya diajak untuk masuk ke ruang guru yang ukurannya sekitar 6 x 6 meter persegi. SD tersebut memiliki 10 orang guru. Namun, saat itu saya ngobrol dengan  5 guru saja.. Semuanta perempuan. Yang lain sedang mengajar atau sedang tidak di lokasi. 

Kami ngobrol tentang kegiatan pengembangan profesi. Di sana memang belum ada kegiatan pengembangan profesi yang sifatnya rutin, baik mingguan, atau bulanan. Dua orang guru mengatakan bahwa mereka sempat Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan pemerintah. 

Saya pun bertanya, "Kalau ada kegiatan pengembangan profesi, kira-kira ibu-ibu mau belajar mengenai apa?"
Ada guru yang menyampaikan bahwa beliau ingin belajar caranya mengajarkan anak agar cepat membaca, ada yang mengatakan bahwa  beliau ingin belajar caranya mengajarkan anak agar bisa menghafalkan surat (Al'Quran) dengan cepat. 

Awalnya, mungkin secara tidak sengaja, saya sempat sedikit judgmental. Kenapa ingin belajar caranya mengajarkan A, B, dan C secara lebih cepat? Membaca lebih cepat, menghafalkan lebih cepat. Tujuannya untuk apa? Tapi saya mencoba untuk tidak terlalu cepat menilai. Sebenarnya, guru-guru tersebut sangat bersemangat. Mereka ingin belajar.Tentu saja itu harus diapresiasi.  

Saya pun mengatakan, bahwa saya tidak keberatan untuk sesekali main ke sekolah untuk menemani mereka belajar. Modelnya santai saja. Modelnya dengan ngobrol   saja, misalnya tentang pembelajaran. Masalahnya, saya tidak selalu ada di Bandung (sehari-hari saya bekerja di Jakarta). Jadi, saya harus menunggu sampai memang punya jadwal yang pas untuk ke sana. Mereka punya menyambut dengan baik, sambil menyampaikan bahwa sebaiknya sesi-sesi tersebut diadakan sepulang sekolah, sekitar pk 13.00 sampai pukul 16.00. Tujuannya, agar mereka punya waktu untuk pulang ke rumah dan memasak untuk keluarga (sebagian guru adalah perempuan). 

Sepulang dari SD tersebut saya mengutuk-ngutuk diri saya sendiri, "Halah! Cari gara-gara! Sekarang saya berutang janji pada guru-guru tersebut. Bisakah saya memenuhi janji tersebut?". Saya belum sempat ke sekolah itu lagi, dan ternyata guru-guru tersebut sering menitipkan pesan pada Bu Dewi agar saya segera mampir ke sekolah. Sampai sekarang saya dag dig dug serrr.. kalau mengingat janji saya pada guru-guru di sekolah tersebut. Saya harus segera mengatur waktu untuk mampir ke sana.

Saya sempat menceritakan hal ini pada Mbak Ifa Misbach, seorang psikolog yang juga dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Rumah Mbak Ifa tak jauh dari sekolah tersebut. Yang lebih menarik, Mbak Ifa sering membiarkan mobilnya menjadi tumpangan anak-anak SD yang bersekkolah di sekolah tersebut.  Betapa leganya, ketika beliau mengatakan mau membantu saya untuk 'main' ke sekolah tersebut. Ibunya Mbak Ifa, yang juga senang mengajar pun bersemangat untuk berkegiatan di SD tersebut. Kami akan segera mengatur waktu agar bisa mampir ke sekolah tersebut dan belajar bersama di sana. Doakan usaha kami lancar yah!  :) 

Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)