Belajar dari Rekan Sejawat, Belajar dari (Mantan) Mahasiswa


Mengajar di Fakultas Pendidikan, berarti mengajar calon-calon guru. Ketika mereka, sebagian besar dari mahasiswa saya bekerja sebagai guru.  Kampus tempat saya mengajar baru meluluskan tiga angkatan. Maklum, memang kampus baru. Dan, hampir semua bergelut di bidang pendidikan, entah sebagai pengajar di kelas, fasilitator di lembaga pelatihan, staf di perguruan tingggi, pelatih di industri dan banyak lagi. Setiap kali saya bertemu mereka, saya luar biasa kagum. Apalagi, ketika saya melihat mereka tumbuh menjadi pendidik yang bukan hanya terampil, tetapi juga berdedikasi. Di bawah ini adalah kisah mengenai apa yang saya pelajari dari (mantan) mahasiswa saya, khususnya setelah mereka menjadi rekan sejawat, sesama 'guru'.

Belajar dari Memaksimalkan Aplikasi Desmos dari (mantan) Mahasiswa
Dulu, ketika di kampus, mahasiswa saya belajar memanfaatkan Geogebra untuk mengajar Geometri. Namun, sekarang kalau saa mengajar topik-topik matematika yang berhubungan dengan Geometri, saya lebih senang menggunakan Desmos Graphing Calculator, karena menurut saya jauh lebih mudah digunakan.

Saya pernah menceritakan ini kepada seorang (mantan) mahasiswa saya yang sudah menjadi guru SMP, Beliau menceritakan kepada saya bahwa dia juga menggunakan aplikasi yang sama untuk mengajar. Caranya, beliau meminta siswanya untuk membuat berbagai gambar dengan menggunakan berbagai fungsi matematika. Dia menunjukkan pada saya, contoh gambar yang dia buat. Sebuah kemeja yang dibuat kumpulan dari fungsi-fungsi linear. Lalu, dia menceritakan bahwa muridnya sudah ada yang bisa membuat gambar monas dan berbagai gambar lainnya. Dia mengajari saya cara-cara menggunakan aplikasi tersebut secara jauh lebih kreatif. Beliau menjadi tutor saya. Mengajari saya dengan begitu sabarnya. 

Belajar dari Muridnya Murid

29 Agustus 2015 yang lalu, saya menjadi peserta Seminar "Design for Change" di Kemendikbud. Pembicara utamanya ada Kiran Sir Bethi dari India. Acaranya waktu itu bagus sekali. Kiran, merupakan pembicara yang sungguh menginspirasi. Namun, ada kejadian yang sungguh membuat saya terharu. Di bagian akhir seminar, ada dua orang siswa SD kelas 1 yang mempresentasikan mengenai proyek yang mereka kerjakan di sekolah. 

Guru mereka mangajak mereka mencari masalah yang mereka rasakan di sekolah. Dua anak tersebut bercerita bahwa ketika mereka berkeliling sekolah mereka melihat bahwa ada keran yang bocor, dan air kadang digunakan secara boros. Mereka lalu mendiskusikan mengenai hal itu bersama teman-teman sekelasnyaGuru mereka kemudian memfasilitasi mereka untuk belajar lebih banyak tentang air, salah satunya adalah dengan mengajak mereka menonton dan mendiskusikan film terkait air.Setelahnya, mereka berencana untuk menjadi "Pahlawan Air" yang mengkampanyekan mengenai penghematan air di sekolah. Bertama teman sekelas, mereka lalu membuat poster-poster mengenai cara menghemat air. Karena mereka masih kelas 1 SD dan masih belajar menulis, posternya lebih didominasi oleh gambar yang berupa petunjuk cara menghemat air.Kemudian, mereka bercerita mengenai 'gerakan' ini kepada adik-adik kelasnya yang masih di TK. Di seminar  "Design for Change" mereka mempresentasikan apa yang mereka kerjakan di depan lebih dari 500 orang guru.

Ketika, saya keluar ruangan saya bertemu dengan seorang (mantan) mahasiswa saya, kini telah jadi guru.  "Sekarang mengajar TK yah?" tanya saya sok yakin. Ternyata, beliau bercerita bahwa sekarang beliau mengajar di SD. Dia sedang mengantar siswanya yang ikut kegiatan ini. Ternyata, siswanya adalah dua orang siswa SD yang presentasi tadi.

Tujuan Seminar Design for Change sebenarnya adalah untuk membuka mata pendidik, bahwa sesekali kita harus seperti gambar di bawah ini :

Gambar Mahatma Gandi dituntun oleh seorang anak
Gambar tersebut adalah gambar salah satu pemimpin dunia, Mahatma Gandhi, yang membiarkan jalannya dituntun oleh seorang anak kecil. Sebagai pendidik, kita tidak selalu lebih tahu dari anak-anak. Kita tidak selalu lebih baik dari anak-anak. Dan kalau kita memberikan mereka kesempatan, mendengarkan suara mereka sebenarnya mereka bisa menuntun kita menuju jalan yang lebih baik. 

Kegiatan Seminar Design for Change waktu itu, bukan hanya memungkinkan saya belajar dari 'murid' saya, tapi juga dari 'muridnya', yang presentasinya berhasil melelehkan hati saya. Pengalaman yang luar biasa, bukan?


Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Standar Konten dan Standar Proses (NCTM, 2000)