Menonton "Lewat Djam Malam"


Semalam, saya nonton "Lewat Djam Malam" di Kineforum. Film idi ditulis oleh Asrul Sani dan disutradarai oleh Usmar Ismail pada tahun 1954. Tahun 2011-2012, film ini direstorasi kembali.

Meskipun filmnya hitam-putih, film ini indah banget Cuplikannya bisa di lihat di sini : https://www.youtube.com/watch?v=xbol0aGnfJE .

Film ini menceritakan tentang Iskandar, mantan tentara, yang galau ketika harus kembali ke masyarakat setelah masa revolusi usai. Beliau senantiasa bertanya-tanya, "benarkah apa yang ia lakukan selama revolusi?"

"Apakah orang-orang yang dia bunuh, karena disangka mata-mata Belanda benarlah orang-orang yang bersalah?"

Dalam kepalanya, selalu terngiang-ngiang, teriakan seorang ibu. Ibu tersebut rakyat biasa, membawa anak-anak. Dia membunuhnya, atas perintah atasannya, Gunawan. Gunawanlah yang memerintahkannya untuk membunuh mereka. Setelah revolusi, Gunawan hidup tenang, punya perusahaan, dan hidup dari rampasan harta yang didapatkan dari keluarga-keluarga yang dibunuh bawahannya selama masa revolusi. Iskandar sendiri, selalu diliputi rasa bersalah. Sulit rasanya untuk menyesuaikan diri dengan kondisi terkini. Saat revolusi dia berjuang dengan hati, tapi justru kini dia ragu. Apakah benar yang dia perjuangkan selama ini?

Saat menonton "Lewat Djam Malam", saya merasakan sensasi membaca sastra-sastra klasik dunia. Gagasan utama ceritanya sederhana, tentang konflik batin mantan tentara. Namun, cerita dikemas sedemikian rupa sehingga enak ditonton. Dialognya tidak cengeng. Saat menontonnya, kita bisa merasa terharu, miris, sedih, sekaligus tertawa.

Rasanya saya ingin mengajak teman-teman guru menonton film ini. Saya bisa membayangkan, film semacam ini sangat bisa untuk diputarkan di dalam kelas (mungkin setingkat SMA, atau kuliah), didiskusikan dan direfleksikan kaitannya dengan masa kini.

Meskipun film "Lewat Djam Malam" hitam putih, filmnya cantik sekali. Ternyata, tak lama setelah kemerdekaan, pembuat film Indonesia bisa menghasilkan karya yang sangat berkualitas. Film ini contohnya. Saya membayangkan film ini, bisa diterima, bukan hanya di Indonesia tapi juga di belahan lain di dunia.

Selama bulan Agustus 2016, film ini masih akan diputar di Kineforum, Taman Ismail Marzuki. Biaya menontonnya Rp 20.000,- saja. Bagi yang mau menonton, silakan lihat jadwalnya di link berikut http://kineforum.org/web/





Comments

Popular posts from this blog

Membaca "The Present Takers", Sebuah Novel Tentang Bullying

Memahami Pembelajaran Terintegrasi (Bagian 1) : Definisi & Manfaat Pembelajaran Terintegrasi

Belajar Tentang Keliling Bangun Datar Memecahkan Masalah